Dia dan Aku
Dia adalah seorang siswa yang sebentar lagi lulus, seharusnya dia sangat sibuk mempersiapkan kelulusannya itu, akan tetapi kelihatannya biasa saja. Kenapa? mungkin hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Aku hanyalah seorang siswa yang dibilang baru juga sudah punya adik, tapi masih punya waktu bersantai sebelum memasuki yang namanya kelulusan. Walaupun begitu aku selalu berusaha agar bisa secepatnya lulus, entah kenapa, yang jelas titik kejenuhan dalam belajar telah numpuk diubun-ubun. Perlu suasana baru secepatnyalah kalo bisa hehe..
Dia dan aku begitu saja bertemu, waktu itu sama-sama ada kepentingan dengan salah satu guru di sekolah. Semakin kesini sepertinya dia dan aku berteman baik. Syukurlah dapat teman baru. Sepertinya semua orang tahu kalo seorang aku itu mudah berteman, selama orang itu asik ya pasti asiklah berteman dengan aku. Mungkin karena di rumah temanku hanya ayah dan ibuku saja kali yaaa...
Aku merasa hubungan pertemanan kami baik-baik saja. Makan bareng, ngajak maen, atau sekedar cerita-cerita itu sudah biasa dalam hubungan pertemanan, menurut aku seeh ntah menurut orang lain. Pernah suatu malam perut aku benar-benar tak bersahabat, waktu itu sekitar jam sebelas malam. Orang rumah telah terlena dengan mimpinya masing-masing, tapi perut aku ini sudah tak bisa diajak sabar lagi lapar serasa telah diubun-ubun. Aku telepon dan sms teman-teman, tapi yang tersisa hanya dia itu. Karena dia mau dan tak menolak saat aku ajak makan, yasudah pergilah kami kesebuah warung makan didekat jalan raya. Saat aku pesan bebek goreng dan secangkir cappucino hangat, dia hanya bilang sudah makan sambil menguap. Tak tega rasanya membiarkan dia terkantuk-kantuk menunggui aku yang sedang makan dengan terlihat sangat kelaparan. Tapi apa mau dikata, dia dan aku telah berada diwarung makan dan aku sangat lapar waktu itu. Setelah selesai menyantap semua makan yang terhidang dia dan aku kembali kerumah aku. Saat aku mengajak dia mampir, dia menolak. Sudah larut malam memang, aku pun telah merasakan ngantuk menyelimuti mata setelah perut terisi penuh. Apalagi dia yang dari tadi cuma liatin aku makan sambil sedikit bercerita. Dalam hati, bangganya aku memiliki teman seperti dia.
Hari-hari terus berlalu, sampai tiba saatnya dia meminta pertolongan aku untuk menemaninya mengerjakan tugas akhir dari sekolah. Aku temani dia, yah sebenarnya aku perlu refreshing juga waktu itu. Saat tugasnya itu selesai, dia meminta agar aku menginap saja karena sudah larut malam. Tapi aku menolak karena berbagai alasan dan yang pasti aku tidak terbiasa menginap. Dia bilang tak usah tidur, dia ingin bercerita dan berdiskusi malam ini karena dia tak bisa tidur. Jujur malam itu aku sudah ingin sekali memeluk bantal dan guling kemudian terbang bersama mimpi indah, aku bilang tak bisa. Akhirnya aku diantar pulang. Entah apa saja yang dia katakan selama perjalan itu, aku tak begitu menyimak. Mata ini telah 5 watt, fikiran ini telah ada di alam lain sepertinya dan yang kudengar terakhir dia berkata terimakasih ya telah menemani malam ini. Hanya senyum yang aku lemparkan melepas kepergian dia kembali ke rumahnya.
Entah karena dia memang akan segera lulus atau kenapa, aku jarang sekali melihat dia. Hingga tiba saatnya dia berulang tahun dan aku ucapkan selamat ulang tahun hanya lewat sms. Setelah itu aku dan dia jarang sekali bertemu, bahkan sms pun rasanya tak pernah. Jarang sekali saling sapa apalagi sampai bercanda. Hingga saat Ujian Akhir Sekolah berakhir, aku lihat dia berjalan melewatiku dan tersenyum kemudian pergi entah kemana setelah kubalas senyumannya dengan penuh teka-teki.
Komentar
Posting Komentar